Pada rentang waktu antara tahun 1948 hingga 1965, Indonesia mengalami berbagai pergolakan yang sangat berpengaruh terhadap perjalanan sejarahnya. Periode ini ditandai dengan peristiwa-peristiwa penting yang membentuk identitas dan nasib bangsa Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai pergolakan yang terjadi di dalam negeri pada masa tersebut, dengan rincian yang unik, terperinci, dan komprehensif.
Pada awalnya, periode 1948-1965 ditandai dengan pergolakan politik yang tak terelakkan. Setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, Indonesia harus melalui perjuangan panjang untuk meraih kedaulatan penuhnya. Pada tahun 1948, terjadi Agresi Militer Belanda II yang merupakan upaya Belanda untuk merebut kembali kendali atas wilayah Indonesia. Konflik ini berlangsung hingga tahun 1949 dan berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Roem-Roijen yang mengakui kedaulatan Indonesia.
Selanjutnya, pada tahun 1949, Indonesia resmi menjadi negara kesatuan dengan pembentukan Republik Indonesia Serikat. Namun, pergolakan politik tidak berhenti di sini. Pada tahun 1950, terjadi pergolakan di dalam negeri yang dikenal sebagai Konflik Darah. Konflik ini melibatkan perbedaan ideologi antara kelompok nasionalis dan komunis, yang berujung pada penghapusan Republik Indonesia Serikat dan pembentukan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila sebagai ideologi negara.
1. Peristiwa Agresi Militer Belanda II
Pada tahun 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda II dengan tujuan merebut kembali kendali atas wilayah Indonesia. Konflik ini berlangsung hingga tahun 1949 dan berakhir dengan pengakuan kedaulatan Indonesia melalui Perjanjian Roem-Roijen.
2. Pembentukan Republik Indonesia Serikat
Pada tahun 1949, Indonesia resmi menjadi negara kesatuan dengan pembentukan Republik Indonesia Serikat. Namun, pergolakan politik masih terus berlanjut.
3. Konflik Darah
Pada tahun 1950, terjadi pergolakan di dalam negeri yang dikenal sebagai Konflik Darah. Konflik ini melibatkan perbedaan ideologi antara kelompok nasionalis dan komunis, yang berujung pada penghapusan Republik Indonesia Serikat dan pembentukan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
4. Dekrit Presiden
Pada tahun 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang memberikan kekuasaan mutlak kepadanya. Hal ini menimbulkan kontroversi dan memicu pergolakan politik yang lebih intens.
5. Gerakan 30 September
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi Gerakan 30 September yang berujung pada penangkapan dan pembunuhan beberapa tokoh militer dan politik. Peristiwa ini menjadi pemicu terjadinya peristiwa G30S/PKI yang mengguncang Indonesia.
6. Operasi Tertib
Setelah terjadi Gerakan 30 September, pemerintah Indonesia melancarkan Operasi Tertib untuk membersihkan dan memulihkan keamanan negara. Operasi ini melibatkan penangkapan dan pengadilan terhadap anggota dan simpatisan PKI.
7. Supersemar
Pada tahun 1966, Soeharto menerima Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Soekarno, yang memberikan kekuasaan mutlak kepadanya. Supersemar menjadi awal dari kekuasaan Soeharto yang berlangsung selama lebih dari 30 tahun.
8. Pembubaran PKI
Pasca peristiwa G30S/PKI, pemerintah Indonesia mengambil tindakan tegas dengan membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pembubaran PKI ini menjadi titik balik dalam sejarah politik Indonesia.
9. Orde Baru
Setelah mengambil alih kekuasaan, Soeharto mendirikan Orde Baru yang menandai periode kekuasaan otoriter di Indonesia. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.
10. Reformasi 1998
Pada tahun 1998, Indonesia mengalami Reformasi yang mengakhiri kekuasaan Soeharto dan membawa perubahan besar dalam sistem politik dan sosial negara ini.
Dalam kesimpulannya, periode pergolakan di dalam negeri antara tahun 1948 hingga 1965 adalah periode yang penuh tantangan dan perubahan bagi Indonesia. Berbagai peristiwa penting seperti Agresi Militer Belanda II, Konflik Darah, Gerakan 30 September, dan pembentukan Orde Baru memiliki dampak yang signifikan terhadap sejarah dan perkembangan negara ini. Melalui pemahaman yang komprehensif tentang masa lalu kita, kita dapat memahami dan menghargai perjalanan panjang yang telah dilalui bangsa Indonesia dalam membangun identitas dan nasibnya.