Orde Baru, yang berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998 di Indonesia, merupakan periode yang ditandai dengan upaya pemerintah dalam menciptakan stabilitas politik yang kuat di dalam negeri. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai upaya yang dilakukan oleh Orde Baru untuk mencapai tujuan ini, serta dampaknya terhadap politik di Indonesia.
Pertama-tama, Orde Baru menerapkan kebijakan politik yang kuat, salah satunya melalui pembentukan partai politik tunggal, yaitu Partai Golongan Karya (Golkar). Dengan adanya partai politik tunggal ini, pemerintah memiliki kontrol yang lebih besar atas proses politik di negara ini. Namun, hal ini juga menuai kritik karena dianggap menghilangkan kebebasan berpolitik dan pluralisme di Indonesia.
1. Pemulihan Keamanan
Orde Baru mengambil langkah-langkah untuk memulihkan keamanan di dalam negeri setelah periode yang sulit selama konflik politik dan sosial pada tahun 1965-1966. Pemerintah melakukan penindasan terhadap kelompok-kelompok yang dianggap mengancam stabilitas politik dan keamanan nasional.
2. Pembentukan Golkar
Pembentukan Partai Golkar oleh Orde Baru bertujuan untuk mengendalikan proses politik di Indonesia. Partai ini menjadi partai politik tunggal yang mendominasi sistem politik di Indonesia selama Orde Baru berkuasa. Hal ini mendapat kritik keras dari pihak oposisi yang menganggap sistem ini tidak demokratis.
3. Pembangunan Ekonomi
Orde Baru juga fokus pada pembangunan ekonomi untuk menciptakan stabilitas politik. Program-program pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah, seperti pembangunan infrastruktur dan pengembangan industri, berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
4. Pengendalian Media
Pemerintah Orde Baru melakukan pengendalian terhadap media dengan mengontrol dan membatasi kebebasan pers. Media diberikan instruksi untuk mempublikasikan berita yang sesuai dengan narasi pemerintah, sementara berita yang kritis terhadap pemerintah sering kali dihapus atau diabaikan.
5. Penekanan Terhadap Ideologi
Pemerintah Orde Baru memberikan penekanan yang kuat terhadap ideologi Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila dianggap sebagai landasan untuk menciptakan stabilitas politik dan keamanan di Indonesia. Namun, hal ini juga berarti bahwa pemerintah memiliki kekuasaan yang besar dalam mengatur kehidupan politik dan sosial di negara ini.
6. Sistem Keamanan dan Intelijen
Orde Baru membangun sistem keamanan dan intelijen yang kuat untuk memantau dan menekan segala bentuk ancaman terhadap stabilitas politik. Hal ini termasuk peningkatan kekuatan dan pengaruh Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta Badan Intelijen Negara (BIN).
7. Kontrol Terhadap Organisasi Sosial dan Politik
Pemerintah Orde Baru juga mengendalikan organisasi sosial dan politik di Indonesia dengan memberikan syarat-syarat ketat untuk mendirikan dan beroperasi. Organisasi-organisasi tersebut harus memiliki afiliasi yang sejalan dengan pemerintah dan tidak boleh menjadi ancaman terhadap stabilitas politik.
8. Represi Terhadap Oposisi Politik
Orde Baru sering menggunakan kekerasan dan represi terhadap oposisi politik yang dianggap mengancam stabilitas politik. Hal ini meliputi penahanan, penyiksaan, dan bahkan pembunuhan terhadap aktivis politik dan anggota oposisi.
9. Program Transmigrasi
Pemerintah Orde Baru melaksanakan program transmigrasi yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan politik dan sosial di daerah yang padat penduduk. Program ini telah berhasil memindahkan sejumlah besar penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang lebih jarang penduduknya.
10. Kebijakan Luar Negeri yang Stabil
Orde Baru menjaga hubungan yang stabil dengan negara-negara lain dan menghindari konflik politik dengan negara-negara tetangga. Hal ini membantu menciptakan stabilitas politik di dalam negeri dengan menghindari gangguan dari luar.
Dalam kesimpulan, Orde Baru melakukan berbagai upaya untuk menciptakan stabilitas politik di dalam negeri. Namun, banyak dari upaya tersebut juga menuai kritik karena dianggap mengorbankan kebebasan politik dan hak asasi manusia. Meskipun Orde Baru telah berakhir, dampak-dampak dari periode ini masih terasa dalam politik Indonesia saat ini.